Partisipasi Kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung dalam TRP3TI XIV hari ke-2

 

Day 2 di Bumi Reyog

Oleh : Muhammad Azzuhaal Baharu, Firdho Maullana Hadi, Asma Naufalian Hasna, Anisa Nurul Shanti, Iffan Hasymi Sabhala, Wahyu Irawati


(Dokumentasi : Foto bersama warek 3, pembina pendamping, dan duta Racana)

        Senin, 1 Juli 2024 kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung mengikuti kegiatan upacara pembukaan Temu Racana Pramuka Pandega Perguruan Tinggi Islam (TRP3TI) XIV 2024 pada pukul 08.00 WIB yang berlokasi di stadion IAIN Ponorogo. Upacara pembukaan ini diikuti oleh seluruh peserta TRP3TI dan tamu undangan. Upacara pembukaan ini dibuka oleh pengurus Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Indonesia. Upacara pembukaan selesai pukul 10.30 WIB kemudian dilanjut dengan kegiatan seminar nasional dengan tema fundamental kepramukaan. 



(Dokumentasi : Foto bersama pemateri seminar nasional)

Kegiatan seminar nasional ini merupakan kegiatan yang selalu ada dalam even-even seperti ini. Pada seminar nasional ini membahas tentang materi Fundamental Gerakan Pramuka dalam hal ini disampaikan oleh Kak Sigit  Muryono selaku Waka Kwarnas Bidang Binamuda. Dalam seminar nasional tersebut disampaikan Fundamental Gerakan Pramuka merupakan bagaimana jati diri Gerakan Pramuka tersebut.

Kak Sigit menyampaikan Anggota Gerakan Pramuka adalah setiap warga negara Indonesia yang aktif dalam kegiatan kepramukaan serta mengamalkan satya dan dharma pramuka. Beberapa tingkatan yang ada dalam Gerakan Pramuka yaitu mulai paling rendah siaga, penggalang, penegak, dan pandega. Kak Sigit mengibaratkan Fundamental Gerakan Pramuka seperti halnya sebuah bangunan rumah, Prinsip dasar seperti spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik merupakan pondasi gerakan pramuka, Metode-metode yang ada dalam gerakan merupakan tiang bagi sebuah bangunan, UU Gerakan Pramuka, AD/ART merupakan atap bagi Gerakan Pramuka, Kegiatan bermutu, SKU,SKK dan SKG merupakan atap paling atas seperti bangunan dalam Gerakan Pramuka.

            Pada era Industri dan juga digitalisasi saat ini ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam Pendidikan Kepramukaan. Tantangan tersebut disingkat menjadi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Volatility memiliki arti yaitu perubahan yang cepat menghasilkan produk dan kebijakan yang berubah-ubah, Uncertainty memiliki arti yaitu ketidakmampuan kita memahami apa yang sedang dan akan terjadi, Complexity memiliki artinya banyaknya variable yang berpengaruh dengan tidak dapat diduga-duga hadirnya, Ambiguity memiliki arti yaitu tidak ada kejelasan tentang situasi yang pasti dan mudah diprediksi. 

(Dokumentasi Kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung dalam kegiatan workshop pembuat gethuk golan)

            Setelah kegiatan seminar nasional selesai, kami mengikuti kegiatan workshop. Pada kegiatan workshop ini, kami belajar membuat gethuk golan. Gethuk golan adalah salah satu olahan singkong makanan tradisional khas Ponorogo. Workshop disampaikan oleh Pak Marsono, owner Gethuk Golan Mbok Bon. Pak Marsono banyak bercerita tentang sejarah gethuk golan sendiri. Dinamai golan karena asal daerahnya yaitu Desa Golan, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timur. Di Desa Golan dulunya cukup banyak pembuat gethuk, akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman pembuat gethuk semakin berkurang dan hanya menyisakan beberapa saja. Salah satu sentra pembuatan gethuk golan yang masih beroperasi hingga saat ini adalah milik Pak Marsono. pak Marsono mewarisi usaha almarhumah ibunya, Mbok Bonirah. Sehingga nama usaha saat ini adalah Gethuk Golan Mbok Bon.

        Pak Marsono sudah terjun langsung membantu ibunya untuk berjualan sejak usia SD. Dahulu gethul dibuat manual menggunakan lesung dan alu. Pada tahun 2008, mulailah mengembangkan usaha gethuknya hingga saat ini pembuatan gethuk tidak lagi manual, akan tetapi menggunakan mesin. Mesin pembuatan gethuk juga dirancang oleh Pak Marsono beserta tim sehingga gethuk hasil olahan mesin sama persis tekstur dan rasanya dengan gethuk olahan manual.

        Pada kesempatan kali ini, Pak Marsono mengajak peserta workshop untuk mempraktikkan pembuatan gethuk secara manual menggunakan lesung dan alu. Bahan-bahan pembuatan gethuk yang diperlukan antara lain: singkong yang direbus dengan gula dan garam, garam, gula yang sudah dipanaskan hingga mengental. Singkong yang sudah direbus ditumbuk dengan alu sedikit demi sedikit ditambah dengan garam dan gula. Proses penumbukan gethuk golan umumnya 10-15 menit dengan singkong 5 kg. Gethul yang telah siap disajikan dipotong menggunakan pisau khusus dan ditaburi dengan parutan kelapa. Pak Marsono juga mengatakan bahwa yang membedakan gethuk golan dengan gethuk yang lainnya adalah gethuk golan dipotong menggunakan pisau khusus.

        Gethuk Golan Mbok Bon ini seiring dengan perkembangan zaman banyak sekali inovasi yang telah dilakukan. Bukan hanya cara pembuatannya dengan mesin, akan tetapi juga cara penyajiannya. Sekarang gethuk golan disajikan dengan berbagai variasi, salah satunya dibuat tumpeng. Tumpeng gethuk ini juga ditambah varian gethuk dan makanan tradisional lain seperti gethuk lindri, ongol-ongol, cenil, dan lain sebagainya. Tumpeng gethuk tersebut juga banyak diminati masyarakat untuk perayaan ulang tahun atau seserahan pernikahan.

        Makanan tradisional banyak sekali jenisnya, salah satunya adalah gethuk golan khas Ponorogo. Sebagai generasi muda yang peduli dengan kelestarian budaya, hendaknya dapat membantu melestarikan makanan tradisional yang kita miliki dengan mengonsumsi, mempromosikan, atau bahkan belajar cara pembuatannya.

(Dokumentasi Kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung dalam Lomba Bussines Plan pada Kegiatan TRP3TI Ke-XIV Tahun 2024 di IAIN Ponorogo)

Bersamaan dengan kegiatan workshop, kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung ikut berpartisipasi dalam perlombaan bussines plan pada kegiatan TRP3TI ke-XIV Tahun 2024 yang berlokasi di bumi perkemahan Kampus II IAIN Ponorogo. Kegiatan bussines plan ini diwakili oleh 2 anggota putra dan 2 anggota putri. Sesuai dengan tema lomba bussines plan yaitu pangan halal ramah lingkungan, kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung menyajikan olahan pangan yang bahan utamanya ramah lingkungan yaitu Dessert Ampas Tahu, lebih mudahnya bisa disebut dengan D’PASTA.

    Dessert Ampas Tahu merupakan salah satu bentuk inovasi baru yang berkembang di bidang olahan pangan yang bahan utamanya berasal dari ampas tahu. Ampas tahu sendiri merupakan limbah dari produksi tahu yang jarang sekali dimanfaatkan untuk diolah kembali dan hanya digunakan sebagai pakan hewan ternak atau langsung dibuang begitu saja, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Selain itu, ampas tahu juga mempunyai banyak sekali kandungan-kandungan yang baik untuk tubuh. Oleh karena itu, tim bussines plan Pramuka UIN SATU Tulungagung berinisiatif untuk mengolah limbah tersebut menjadi olahan pangan yang memiliki nilai jual tinggi dan menjadi suatu produk yang inovatif sehingga banyak diminati oleh seluruh kalangan baik orang tua, anak-anak, maupun remaja. Sebelum diolah menjadi bahan utama dari produk kami, ampas tahu diolah terlebih dahulu menjadi tepung.

    Dalam kegiatan tersebut, kami melakukan presentasi terlebih dahulu mengenai produk yang kami buat, mulai dari latar belakang kami membuat produk tersebut, cara membuatnya, dan keuntungan dari penjualan produk kami. Dilanjutnya dengan sesi tanya jawab oleh dewan juri tentang apa yang telah kami presentasikan dan selanjutnya dewan juri mencicipi produk yang telah kami sajikan. Terdapat beberapa masukan dari dewan juri yang kami terima untuk memperbaiki produk kami kedepannya. Setelah itu, kami juga menyajikan produk bussines plan kami kepada seluruh peserta TRP3TI ke-XIV Tahun 2024 untuk mencobanya. Dari 10 kotak yang kami sajikan, produk kami habis tidak tersisa. Banyak peserta yang menyukai dessert ampas tahu yang telah kami buat. Semoga bussines plan ini tidak berhenti sampai kegiatan TRP3TI ini selesai dan berlanjut sampai nanti.


(Dokumentasi : penyajian makanan khas Tulungagung) 

            Kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung juga berpartisipasi dalam perlombaan makanan Nusantara. Pada perlombaan tersebut, kontingen Pramuka UIN SATU Tulungagung menyajikan makanan khas dari Tulungagung yaitu ayam lodho beserta pelengkapnya, makanan ringan kue gethi, dan minumannya kopi ijo. Kami memasak makanan tersebut mulai pagi pukul 07.00 WIB dibantu oleh purna Racana.

            Ayam lodho merupakan makanan khas Tulungagung yang dibuat dengan bahan-bahan berikut ini : ayam kampung, lengkuas, serai, daun jeruk, daun salam, santan, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, kunyit, kunyit, jahe, cabai merah keriting, dll. Ayam lodho disajikan bersama dengan nasi gurih, urap, serundeng Lalu untuk makanan ringan (camilan) khas Tulungagung  adalah kue gethi. Kue gethi  terbuat dari wijen, kacang tanah, dan gula putih. Sedangkan untuk minuman khas Tulungagung yaitu kopi ijo yaitu kopi yang terbuat dari biji kopi yang dicampur dengan kacang hijau, lalu disangrai menggunakan wajan yang terbuat dari tanah liat dan menggunakan tungku, kemudian dihaluskan. Kopi ijo diseduh menggunakan air panas, gula, dan ditambah dengan susu kental manis agar rasanya lebih nikmat.

            Kami mempresentasikan mengenai makanan dan minuman khas Tulungagung tersebut kepada juri, kemudian juri bertanya mengenai presentasi yang telah kami sampaikan. Selanjutnya kami menyuguhkan makanan dan minuman tersebut kepada juri.

Komentar