MADING ONLINE RACANA: " SATU TAHUN PANDEMI COVID-19"

 

Pesisir Selatan Jawa (Kota PiTulung-an Agung)

Buah Karya: Lilik Nur Indah Sari


Memang selalu dengan awan hitamnya ya, disana (?)

Allah bukakan jalan buntu tuk dilalui

Yang sebelumnya ku kira tak ada jalan lagi

Kucoba menyusun strategi

Namun, ternyata Allah susun lebih mudah lagi

Sampai kapankah??

Luputku tuk mensyukuri

Semua telah Allah tata dan tersusun begitu rapi

Sebenarnya tempat itu, tempat kesukaanku

Suasana malam dengan sholawat

Entah mengapa...

Tempat itu menghadirkan satu ketenangan yang berbeda

Allah hadirkan pula sepasang ibu bapak disana

Bak ibu bapakku sendiri

Tempat menghadap kiblat itu selalu berlinang air mata

Tempat kami bersimpuh dan berdoa

Nanti, bu...

Bila bumi telah pulih

Anak-anak temu gedhe-mu ini kan kembali

Semoga Allah selalu merahmati keluarga panjenengan, Pak Bu


Sampai Nanti dan Sengsara Rakyat

Buah Karya : Olivia Fernanda Puji Pratiwi

 

Sebuah pagebluk telah datang…

Dia datang 2019…

Sebuah pagebluk yang menyuruh kita sabar…

Goresan waktu menegas…

Oh, telahkah musim penghujan…

Dimana-mana naungan awan…

Yang telah siap tertuang…

Wahai penyejuk arwah…

Kemarilah, duduk di sebelah…

Kan terdapat kisah indah…

Kala kita tak lagi terpisah…

Jika memang hanya tertera di dunia maya…

Masih haruskah kita percaya…

Jika itu sebuah keniscayaan…

            Setahun sudah kita nanti…

            Perihal kisah-kisah lama itu, izinkanku tuk sesekali menengoknya…

            Sekedar mengecap bagaimana dalam sebuah malam kita pernah saling bertatap…

            Tentang getir dan getarnya, biarkanlah tertuang pada suatu ruang…

Dimana tiada peluang untuknya terbang…

Dan untukmu, hanyalah rindu…

Pada kesunyian malam itu, aku ingin mengulang waktu…

Aku hanyalah helai-helai kata yang tiada mampu merangkai kita…

Menjelma sebuah luka dalam lika-liku laku kehidupan…

Dimana petaka menjadi akhir sebuah peta yang ku terka…

Katamu…

         Dengan data palsu…

         Dengan Pilkada…

         Dengan vaksin berbayar…

         Dengan doa…

         Dengan diskon wisata…

         Dengan menyengserakan, menyeserakan, dan menyengsengsarakan rakyat…

         Fenomena efek rumah kaca di masyarakat Indonesia…

         Bait dan syair sunyi para petani, pelajar, mahasiswa, buruh, dan semuanya…

         Kabut kelam yang terlupakan dan disepelekan…

         Bagai dunia fatamorgana…

         Tanpa sadar sengsara membawa penderitaan…

         Seandainya, menyelam ke dalam lautan…

         Kita akan bangun dari tidur malam…

         Mencari makna penantian dan menikmati kesengsaraan dunia…

Selamat tinggal, sebuah makna…

Tetap tinggal, sampai nanti…

Kelak esok kan kembali tentang kita…

Bagaimana cara kita berjalan dengan nafas tak seirama…

Walau waktu tak menentu…

Sampai nanti, walau seperti kamuflase…

Dan dinamika kehidupan rakyat tak sengsara walau masih seperti sebuah simulasi…


Asna

Buah Karya: Lilik Nur Indah Sari

 

Jika dadamu sesak

Hatimu penuh resah

Nafasmu tak terarah

Maka hanya kau saja, Asna

Kurang dekat dengan-Nya

Kau berpikir Ia menjauh?

Pikirkan lagi bukankah kau yang menjauh?

Kau merasa tak berdaya?

Bukankah sabda-Nya telah menjawab itu semua?

Kau merasa tak bahagia?

Bukankah firman-Nya begitu nyata?

Hai Asna..

Lupakah limpahan rahmat yang selalu Ia hadirkan?

Lupakah atas karunia besar yang Ia tujukan?

Rasa aman adalah anugerah

Tentram dan bahagia jua, Asna

Hidup ini sementara dan sesaat Asna

Maka cukup perdekatkalah hatimu pada-Nya

Sang Pemilik semua

Yang mampu memperkuat hati setiap jiwa

Komentar

Posting Komentar